Friday, November 4, 2011

Mitos Hadits!

Mitos Hadits!

Oleh Layth (e-mail: laytth@hotmail.com)

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Quran, 17:36)

Ayat di atas telah membuat takjub mereka yang menjadi murid dari agama Allah. Ayat tersebut selalu mengingatkan mereka “kriteria” yang dijadikan dalam menerima dan menegakkan apa yang diberikan kepada mereka sebagai “hukum”.

Kita sebagai manusia diwajibkan oleh Allah untuk menggunakan indera yang kita miliki (penglihatan, pendengaran, dan pikiran) sehingga kita dapat memastikan dan membedakan kebenaran dari kepalsuan… Menjadi pengikut buta TIDAK diperbolehkan dalam Quran dan itu dicap sebagai salah satu tanda kekufuran:

“Dan perumpamaan orang-orang kafir adalah seperti mereka yang MENGULANG (Yan’iq) hanya apa yang mereka dengar melalui seruan dan panggilan saja, tanpa mengerti. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” (Quran 2:171)

Malahan, Quran berpesan sebaliknya dan menekankan kapada ‘pemikiran’ dan ‘perenungan’ karena itulah satu-satunya jalan menuju apresiasi yang sesungguhnya terhadap pesan yang dikandung di dalam Quran.

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka BERPIKIR.” (Quran, 59:21)

Sejarah Hadits:


Kata ‘Hadits’ sudah tidak terpisahkan dari Islam zaman ini dan dapat diterjemahkan paling tepat sebagai ‘perkataan’ dari Muhammad atau para sahabat beliau..

Hadits diterima sebagai sumber ke-2 dalam Islam (dengan Quran adalah sumber yang pertama) dan telah terbentuk menjadi suatu disiplin ilmu sendiri sampai ada orang yang menghabiskan seumur hidupnya hanya mempelajari “Hadits” dan kompilasi-kompilasinya.

Kaum muslim diajarkan bahwa Muhammad membawa Quran bersama beliau dan perkataan yang berupa “Hadits” dan tindakan yang berupa “Sunnah”. Kaum muslim meyakini bahwa ketiga rukun ini tidaklah dapat dipisahkan dan bahwa Islam tidak dapat berdiri sama sekali jika salah satunya dihilangkan.

Yang mungkin mengejutkan bagi kebanyakan orang adalah bahwa “Hadits” tidak dikompilasi dan ditinjau ulang sampai lebih dari dua ratus tahun setelah kematian Muhammad; pertama-tama oleh Imam Bukhari (meninggal 256H/870), lalu Muslim (meninggal 261H/875), Abu Daud (meninggal 275H/888), Tirmidhi (meninggal 270H/883), Ibn Maja (meninggal 273H/886), dan al-Nasa'i (meninggal 303H/915).

Dalam pernyataan pembukaannya, Bukhari (yang dianggap sebagai sumber nomor satu dari Hadits shahih) menyatakan bahwa dari hampir 600 ribu Hadits yang ia ketahui pada zamannya, dia hanya dapat memastikan sebanyak 7397 sebagai hadits shahih dari Muhammad. Ini adalah suatu pengakuan dari para pendukung Hadits bahwa sedikitnya 98.76%, dari apa yang orang diharuskan untuk percaya sebagai sumber kedua selain Quran dan sebagai salah satu sumber utama hukum Islam, adalah semata-mata suatu kebohongan belaka!

Apa yang orang gagal untuk sadari adalah bahwa sejarah Hadits itu sendiri seringkali dilupakan dan Hadits diperlakukan seakan-akan sebagai sesuatu yang ditulis saat Muhammad masih hidup untuk disimpan sebagai catatan. Padahal, buku sejarah mencatat bahwa ada LARANGAN untuk menulis Hadits yang diperintahkan langsung oleh Muhammad sendiri dan terus berlaku sampai hampir 100 tahun setelah beliau wafat.

“Muhammad berkata: ‘Jangan menulis apapun dariku KECUALI QURAN. Siapapun yang menulisnya, hancurkanlah tulisan itu(Muslim, Zuhd 72; Hanbel3/12,21,39)

Hadits di atas diketahui dan diterima oleh para pelajar Hadits di seluruh dunia, namun, alasan pelarangan tersebut menurut mereka adalah bahwa Muhammad takut kalau “Hadits” akan tercampur dengan Quran menjadi satu buku dan larangan ini hanyalah mekanisme pengamanan.

Yang tidak dapat dijelaskan oleh para pelajar hadits adalah MENGAPA larangan yang sama masih ditegakkan hampir 30 tahun setelah beliau meninggal dan SETELAH Quran telah selesai dibukukan menurut sejarah!

Zayd Ibn Thabit mengunjungi Khalifah Mu'aawiya (labih dari 30 tahun setelah kematian Muhammad), dan menceritakan kepadanya suatu kisah mengenai Muhammad. Mu'aawiya meyukai cerita tersebut dan memerintahkan seseorang untuk menulisnya. Namun Zayd berkata, "Utusan Allah telah memerintahkan kita untuk tidak pernah menulis apapun dari perkataan (Hadits) beliau." (Narasi oleh Ibn Hanbal)

Menurut buku sejarah Islam, larangan penulisan "Hadits" baru dianulir sekitar 80 tahun setelah Muhammad meninggal oleh Umar Bin Abdulaziz (cucu Umar Bin Al-Khatab). Malahan, yang menjadi ironis dari sejarah ini adalah bahwa Umar Bin al-Khatab sendirinya sangatlah menentang penulisan segala macam wahyu KECUALI Quran itu sendiri:

Umar Bin Al-Khatab pernah berkata: 'Saya ingin menulis tradisi (Sun'an), dan saya ingat kaum sebelum kamu, mereka menulis buku-buku lain untuk diikuti dan meninggalkan Buku Allah. And saya tidak akan pernah, saya bersumpah, menggantikan Buku Allah dengan apapun juga' (Narasi oleh Jami' Al-Bayan 1/67)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hanya dalam jenjang waktu 200 tahun dari kematian Muhammad (hanya 130 tahun setelah larangan itu dicabut) telah beredar lebih dari 600 ribu Hadits pada zaman Bukhari yang semuanya dikatakan bersumber dari Muhammad. Bukhari sendiri mengakui telah menghabiskan hampir 40 tahun mempelajari Hadits dan hanya dapat memastikan rantai periwayatan sebesar 1.24% dari kesuluruhan yang beredar!

Permasalahan dengan Hadits:


Bukhari dan mereka setelahnya menghabiskan bertahun-tahun dalam penelitian dan penyaringan Hadits sampai akhirnya bidang ini menjadi disiplin ilmu sendiri. Jejak Bukhari secara cepat diikuti oleh Muslim (meninggal 261H/875), Abu Daud (meninggal 275H/888), Tirmidhi (meninggal 270H/883), Ibn Maja (meninggal 273H/886), dan Al-Nasa'I (meninggal 303H/915) sebagai pengumpul yang paling tersohor dalam bidang ilmu ini.

Meskipun dapat menjadi sesuatu yang menenangkan kaum muslim yang membaca artikel ini untuk mengetahui bahwa terjadi proses penyaringan oleh para peneliti di atas, haruslah diperjelas secara pasti APA sebenarnya proses penyaringan tersebut:

San'ad (Rantai Periwatan).


Bukhari mengandalkan kepada seni yang ia ciptakan sendiri yaitu seni “Periwayatan” dimana ia menyatakan bahwa suatu "Hadits" dapat diterima sebagai shahih atau ditolak berdasarkan atas dari SIAPA yang riwayat Hadits tersebut berasal.

Bukhari mempelajari para sahabat Rasul dan menetapkan bahwa semuanya merupakan orang yang dapat dipercaya. Lalu dia mulai bertanya kepada orang-orang yang hidup setelah mereka, dan jika berdasarkan “pembicaraan” publik bahwa orang ini atau orang itu dapat dipercaya, maka Bukhari tidak menemukan masalah menerima suatu "Hadits" yang diriwayatkan oleh narasumber tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan "objektivitas" dan fakta bahwa Hadits pada intinya didasarkan kepada “kabar burung” atau "hearsay", Bukhari menemukan suatu Hadits yang sangat membantunya (yang masih dikutip oleh para pelajar Islam) yang memberikan para sahabat Rasul dan seluruh perawi Hadits kemampuan manusia super yang memungkinkan mereka untuk mengingat kata per kata perkataan Rasul tanpa cacat atau distorsi.

Meskipun hal di atas tidak terdengar ilmiah atau bahkan objektif bagi kebanyakan orang, namun itu adalah metode yang benar-benar digunakan untuk mendapatkan sumber ke-2 dari hukum Islam.

Sementara sedikit sekali non-muslim yang mampu menyangsikan keaslian Quran, sayang sekali Hadits tidaklah seberuntung itu!

Banyak sekali kelompok dan agama lain yang telah menjadikansuatu praktek untuk mempermalukan kaum muslim dengan mengutip Hadits yang “konyol” yang membandingkan wanita dengan keledai (Hadits mengenai apa yang membatalkan shalat) atau kebanyakan dari kaum wanita akan masuk neraka! (Hadits tentang Isra’ dan Mi'raj).

Kaum muslim biasa bereaksi terhadap tuduhan-tuduhan di atas dengan menjadi marah dan menghindar, dengan mengatakan bahwa orang-orang tersebut hanyalah ingin “menghina” Muhammad. Yang tidak disadari oleh kaum muslim ini adalah bahwa “KEBENARAN” dapat tahan dari segala macam pertanyaan dan pemeriksaan meski berniat menjatuhkan.

Permasalahan Tambahan Dari Hadits:


Jikalau hanya malu yang disebabkan oleh Hadits, kita tidak akan terlalu masalah. Namun efek dari “kabar burung” subjektif ini jauh lebih besar.

Manusia dilahirkan dengan mempunyai naluri alamiah untuk menyelidiki. Siapapun yang telah mempunyai anak akan tahu bahwa sesering apapun berkata “jangan”, anak akan tetap saja mencoba untuk memegang panci yang panas atau bermain dengan tanah kotor untuk mengerti MENGAPA mereka tidak boleh melakukannya. Ini adalah mekanisme yang dikaruniakan Allah agar kita dapat memperkaya pengetahuan dan menerima hanya apa yang kita mengerti dan kita ketahui.

Ketika kaum muslim berkuasa dan hidup berdasarkan Quran, tidak ada masalah terhadap naluri alamiah manusia untuk mencari tahu karena Quran mempunyai jawaban atas semua macam pertanyaan… Kaum muslim saat itu adalah saksi pertumbuhan intelektual yang tidak tertandingi di tanah Arab maupun dunia…

Dorongan untuk bertanya dan menyelidiki mengantarkan anak-anak kaum muslim tumbuh dalam atmosfir dimana TIDAK ADA yang dianggap tidak terjangkau ataupun tabu. Pertanyaan yang mereka lontarkan hanyalah menumbuhkan selera tak terbatas dalam mencari pengetahuan, yang terpuaskan dari berbagai penemuan dan kemajuan di segalam bidang ilmu pengetahuan.

Lalu, beberapa ratus tahun setelah Quran memotori revolusi “intelektual” dalam konsep berpikir kaum muslim… terjadilah suatu perubahan …

Kemunculan "Hadits" secara meluas dan popularitasnya di kalangan masyarakat perlahan-lahan mulai menciptakan masalah dalam pendidikan kaum Muslim. Hadits bahkan tidak dianggap sejajar dengan Quran dikarenakan tingkat bahasanya yang lebih rendah dan dasarnya yang berupa “kabar burung” dan “asumsi”.

Pendukung Hadits hampir selalu terdesak oleh pelajar muslim yang tulen yang menginginkan penjelasan terhadap kontradiksi yang jelas nyata dan isi yang tidak logis.

Kita hanya dapat berasumsi bahwa penetapan Hadits sebagai sumber hukum Islam barulah dicapai berabad-abad setelah pengumpulan awal yang dilakukan oleh Bukhari dan kawan-kawan HANYA dengan memaksa kepada kaum muslim dengan penolakan terhadap penyelidikan atau penanyaan secara teliti.

Anak-anak muslim di sekolah saat ini diajarkan dari usia sangat muda untuk tidak bertanya atau menganalisa sumber agama mereka karena mereka dapat mendatangkan murka Allah dan berjalan menuju neraka.

Pertanyan para murid biasanya dijawab dengan jawaban seperti: ‘Apakah kamu itu LEBIH BAIK dari generasi sebelumnya yang telah berjuang bersama Rasul?’ atau ‘Apakah kamu membenci Rasul sehingga kamu MENANYAKAN Sunnah beliau? '.

Dengan tuduhan seperti itu, kaum muslim muda telah sejak dini belajar untuk hanya menerima apa yang mereka dapatkan tanpa pemikiran atau pertanyaan… Dan saat mereka telah dewasa, mereka mengulangi hal yang sama kepada generasi muda mengenai jalan ke neraka dan tidak menghormati Rasul… Lingkaran ini terus tiada akhir!.

Cerita Sesungguhnya:


Meskipun banyak dari data sejarah yang bernilai positif untuk dipercaya… Cerita yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya daripada apa yang mungkin diperkirakan.

"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".

Katakanlah: "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?

Maka siapakah yang lebih lalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)." (Quran, 10:15-18)

Ayat di atas secara gamblang menyatakan bahwa orang yang hatinya tidak mengimani pesan dari Allah meminta Muhammad untuk membawakan Quran yang “berbeda” atau “mengubah” Quran tersebut.

Dan Muhammad memberikan respon yaitu: Aku TIDAK DAPAT mengubahnya, saya hanyalah MENGIKUTI apa yang diwahyukan kepadaku!'.

Muhammad tidak dapat “merekayasa” agama sendiri untuk memuaskan keinginan orang-orang di sekeliling beliau… Beliau DIPERINTAHKAN untuk berpegang teguh kepada Quran dan hanya Quran.

Naum, tampaknya setelah kematian Muhammad, mereka yang hatinya tidak sungguh-sungguh menerima pesan yang beliau bawa mulai, pada kenyataannya, “mengubah” Quran dengan melakukan penambahan terhadapnya.

Tampaknya orang-orang ini menyebarkan ajaran yang salah dan mengatasnamakan ajaran tersebut kepada Allah dan tidak mengindahkan peringatan Muhammad:

"Maka patutkah aku mencari hakim SELAIN DARIPADA Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan TERPERINCI? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah SEMPURNALAH kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti PERSANGKAAN BELAKA, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta." (Quran, 6:114-116)

Muhammad mengajarkan umatnya untuk TIDAK mencari yang sumber hukum lain selain yang berasal dari Allah, karena Dia telah memberikan buku yang telah TERPERINCI!

Muhammad juga telah memperingati umatnya untuk tidak mendengarkan apa yang MAYORITAS katakana, karena beliau tahu bahwa mereka hanyalah mengikuti PERSANGKAAN BELAKA!

Namun, meski telah diberikan peringatan yang jelas seperti ini, umat setelah beliau tidak dapat menahan nafsu untuk mengeluarkan pernyataan yang salah terhadap Quran bahwa Quran TIDAK terperinci, dan membutuhkan sekumpulan kisah untuk menginterpretasikannya.

Mereka menyatakan bahwa meskipun Quran itu lengkap (sesuai perkataan Allah), buku itu tetap tidak meliputi semua area dari hukum yang diperlukan.

Mungkin mereka tidak merenungkan ayat berikut:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk MENJELASKAN SEGALA SESUATU dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Quran 16:89)

Dengan bukti seperti itu, sangatlah sulit bagi pengikut setia Allah untuk secara gampang membalikkan punggung mereka terhadap perkataan Quran dan menyerahkan nasib mereka kepada orang-orang yang bagi mereka Allah tidak cukup.

'Hadits' Yang Terbaik:


Bagi mereka yang masih mempunyai keinginan untuk berpegang kepada Hadits setelah semua bukti yang diberikan… hanya ada SATU Hadits yang dapat dianggap shahih dan sebaiknya semua orang mengacu kepadanya:

“Allah telah menurunkan perkataan (Hadits) yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya." (Quran 39:23)

Kesimpulan:


Penyembahan berhala, atau menyekutukan Allah, adalah satu-satunya dosa yang tidak bisa diampuni yang disebutkan dalam Quran. Namun, bagi kebanyakan kita, pikiran kita tidak bisa menerima konsep Allah Semata!

"Sesungguhnya Allah TIDAK AKAN MENGAMPUNI dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. " (Quran 4:48)

Dan ujian paling besar hanyalah sebagai berikut:

“Dan apabila HANYA nama Allah SAJA yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sekutu-sekutu SELAIN Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Quran 39:45).

Apakah pembahasan mengenai berpegang teguh kepada Quran Semata begitu mengganggu anda? Atau apakah hati anda benar-benar meyakini?

"…Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang PALING BAIK di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. " (Quran 39:18)

http://web.archive.org/web/20060623103826/http://www.free-minds.org/indonesian/hadith.htm

No comments:

Post a Comment